PENGALAMAN BALIK KE ZAMAN PRASEJARAH

07 November 2025

Olivia

Jalan-jalan kali ini, gue sama nyokap pergi ke perkampungan Baduy Dalam. Dipandu sama satu orang temen nyokap yang bikin private tour dan satu orang dari suku Baduy Dalam, namanya Santa. 

Perjalanan dimulai dari desa Ciboleger. Rata-rata orang yang trekking ke sana, waktu tempuhnya sekitar 4-6 jam. Kalau gue, kebetulan cepeeett! 8 jam! Berangkat terang, nyampe gelap. Perbatasan antara Baduy Luar dan Baduy Dalam ditandai sama sebuah jembatan, yang juga merupakan batas larangan penggunaan kamera dan HP. Jadi semua dokumentasi yang ada di jurnal ini, ada di area Baduy Luar.

Jalur menuju Baduy Dalam buat gue sih, ekstrim. Medannya ada yang undakan tanah sampai bebatuan. Ketemu beberapa turunan dan tanjakan yang kemiringannya bisa sampai 45 derajat. Udah gitu, kalau kita gak kuat di tengah jalan, gak ada kaya di Sentul yang bisa panggil ojek :D

Pemandangan yang bisa kita lihat, mulai dari hutan, bukit, ladang, sampai pemukiman suku Baduy Luar. Selama perjalanan, gue banyak tanya ke Santa buat cerita seputaran Baduy. Nah, ini pengalaman 2 hari 1 malam gue.

Hutan Baduy

Selain banyak pepohonan yang tinggi besar, ada juga berbagai jenis tanaman dan buah. Kaya sayur mayur, aren, kopi, merica, durian, kecapi, petai, asam keran, dan lainnya. Ada juga yang unik!

  • Buah Marasi: Buah ini dikenal bisa manipulasi rasa. Jadi pas makan buahnya, makanan apapun yang masuk ke mulut akan terasa manis.

  • Buah Harendong Negri: Dijadikan makanan darurat suku Baduy saat di hutan. Rasanya manis sedikit kesat. Selain itu, daunnya juga bisa dijadikan jamu herbal.

  • Buah Laja Gowah: Mirip tomat tapi ada bulu halus di kulitnya. Rasanya manis ada hint asam. Bisa untuk anti mual dan muntah selama jalan di hutan.

Santa cerita, suku Baduy itu paling males bikin kolang kaling. Karena proses dari buah aren sampai jadi kolang kaling itu lama, tapi harga jualnya rendah di kisaran Rp 3.000 - 4.000/kg. Pas Ramadan naik dikit, jadi Rp 6.000. Nyampe pasar, kita belinya di Rp 20.000/kg huuff! Mereka lebih suka bikin gula aren yang bikinnya gampang, harga jualnya lebih bagus.

Selain itu, kita juga bisa request buat ikut panen madu hutan. Biasanya kita akan diajak ke hutan lindung mereka buat cari odeng, sebutan untuk sarang madu. Madu diambil secara tradisional, dengan menyisakan sebagian madu untuk regenerasi lebah. Mereka punya 2 jenis madu, yang manis sama yang pahit. Madu pahit terletak di atas madu manis pada sarang yang sama. Madu manis mereka enaaaaak banget!

Ladang Baduy

Kita bisa mampir buat lihat ladang suku Baduy. Gue gak ke ladang, karena gak cukup waktu. Musti disiapin 1 hari sendiri. Jadi gue cuma lihat beberapa area yang masih terhubung sama ladang mereka. 

Kehidupan suku Baduy berpusat pada bercocok tanam. Pada bulan keempat kalender Baduy, biasanya dimulai dengan kegiatan nyacar membersihkan semua belukar untuk menyiapkan ladang di area perbukitan, buat ditanam padi gogo. Jenis padi yang gak perlu ketersediaan air dan pupuk kimia. Jadi cukup ditanam ke tanah gitu aja. Di sana juga gak ada batas pembagian ladang. Buat mereka, tanah di sini dikasih sama leluhur untuk bersama.

Pemukiman Baduy Luar

Kita juga akan melewati beberapa pemukiman Baduy Luar. Ciri khas mereka memakai atasan hitam dan bawahan kain hitam bercorak biru dengan alas kaki. Selain berladang, yang cewek biasanya menenun kain, membuat kerajinan koja/tas, aksesoris dari akar pohon, dan berjualan di rumah.

Pemukiman di area depan dekat gapura pintu masuk, ada listrik dan mereka boleh memakai HP. Untuk area yang tidak ada listrik, biasanya mereka akan berjalan kaki ke depan membawa powerbank untuk titip nge-charge. Baduy Luar juga diizinkan memakai produk-produk modern seperti sabun untuk mencuci dan mandi. 

Orang Baduy Dalam bisa menjadi Baduy Luar. Biasanya karena pengen sedikit terpapar modernisasi atau karena pernikahan dengan suku luar.

Pemukiman Baduy Dalam

Setelah 8 jam mereotkan badan, sampe juga. Gue nginep di rumah Santa. Karena gak ada listrik, pas masuk ke dalam rumah cuma keliatan samar-samar dari cahaya totok, lampu tradisional mereka yang terbuat dari bambu. Makan malam sudah disiapkan sama ambu (sebutan ibu ke istri Santa). Menunya nasi pakai telur balado dan ikan teri, di atas piring anyaman dengan sendok daun. Minumnya teh hangat pakai gelas bambu.

Persiapan tidur, gue dan nyokap seka-seka pakai tisu basah terus ganti baju. Bisa sih mandi, tapi musti jalan ke jalur sungai yang khusus buat mandi cewek gelap-gelapan. OK, enggak dulu. Untung belakang rumah Santa ada sungai kecil buat buang air, jadilah gue pipis di situ. Khusus pengunjung boleh pakai senter atau headlamp, kalau sukunya gak boleh. Abis itu tidur pakai alas tikar. Gue bawa sleeping bag sama bantal tiup ;)

Besok paginya, pas udah ada matahari, baru keliatan semua. Rumah Baduy Dalam terbuat dari bambu tanpa jendela. Lantai dari susunan batang bambu, temboknya dari anyaman bambu. Area rumah terbagi 3: 

  • Soroso: Area depan seperti teras untuk terima tamu, bersantai, atau memajang produk jualan mereka ke pengunjung.

  • Tepas: Area tengah. Digunakan untuk pertemuan keluarga dan juga untuk tidur. Area ini kosong plong tanpa perabotan rumah tangga.

  • Ipah: Area belakang yang mereka fungsikan sebagai dapur dan juga tempat menyimpan hasil panen. Isi dapurnya cuma ada tungku dan lubang-lubang kecil untuk bisa keluarin asap masak.

Pakaian Baduy Dalam seragam sama semua warna putih dan hitam, tanpa alas kaki. Boleh dikasih dekoratif sulam simple, warna benangnya cuma orange dan hijau. Mereka gak boleh sama sekali terpapar modernisasi. Kegiatan bebersih dilakukan di sungai dan gak boleh pakai produk modern. Semua harus alami menggunakan hasil dari alam sekitar.

Suasana pagi sudah ramai dengan kegiatan orang-orang Baduy Dalam. Yang paling menarik, kegiatan bikin atap rumah. Bikinnya pakai daun kirai, dipasang berlapis-lapis, terus dianyam rapat. Abis itu dijemur sampai kering. Gak tembus air dan bisa tahan 3-5 tahun tergantung kualitas daun dan tingkat ekstrim cuaca.

Selain itu, ada yang berjualan hasil kerajinan tangan mereka ke tamu pengunjung kaya gue dan nyokap. Gue beli baju, kain dan scarf dari Santa.

Beres sarapan, gue sama nyokap jalan balik. Biar badan gue remuk, tapi pengalaman jalan ke Baduy Dalam luar biasa sih. Bisa coba ngerasain balik hidup kaya di zaman prasejarah dan gak lihat HP. Suasana alamnya asri, penduduknya damai saling bantu. Dan.. bersih gak ada sampah, maupun kotoran hewan. Emang bener, hutan yang dijaga sama suku, pasti hidup.

Back To Home
Episode 1

Enzy Storia

00:00
00:00

fullscreen